Kamis, 29 Desember 2016

(RESENSI) Tentang Kamu, Tere Liye


Format:Soft 
CoverISBN:6020822346
ISBN13:9786020822341
Bahasa:Indonesia
Penerbit: Republika
Halaman:524
Dimensi:135 mm x 205 mm

Novel ini berawal dari Zaman Zulkarnaen, seorang junior associate di salah satu firma hukum Elder law yang memiliki prinsip-prinsip kokoh dan berdiri tegak diatas nilai-nilai luhur  di salah satu kawasan kota London.  Zaman harus menuntaskan sebuah amanat dari salah satu klien firma hukum mereka yang memiliki begitu banyak harta warisan. Namun  klien itu tidak meninggalkan jejak ahli waris nya sendiri yang ternyata berasal dari salah satu kota di negara kelahiran Zaman sendiri, Indonesia.
Dia adalah Sri Ningsih, seorang perempuan tua kurang lebih  70 tahun  yang selama 16 tahun terakhir telah tinggal di panti jompo yang letaknya hanya 900 meter jika berjalan kaki dari Menara Eiffel Paris. Ketika kematiannya terdengar dan sesuai prosedur warisan yang ditinggalkan akan diselesaikan oleh sebuah firma hukum jika tidak mau dikembalikan kepada badan hukum Negara atau penipu-penipu lain diluar sana maka Zaman harus dengan segera menemukan ahli warisnya atau setidaknya surat warisan.
Dibantu dengan diary Sri Ningsih yang dititipkan pada Aimee, seorang petugas yang tinggal dipanti jompo, Zaman mulai mendapat petunjuk akan kehidupan Sri yang hanya diwakilkan oleh 5 juz kehidupan yang ada pada 5 lembar diary yang  masing-masing lembarnya diselipkan poto Sri pada masanya-kecuali juz 5-. Perjalan diary itu dimulai pada tahun 1946.

Juz 1. Tentang kesabaran di kota kelahirannya  selama 14 tahun.
Tulisan juz 1 ini membawa Zaman ke salah satu pulau terpadat di dunia yang tidak tampak tanah, rumput apalagi pohon, Sumbawa, Pulau Bungin. Pada bagian ini Zaman mendapatkan informasi Sri Ningsih dari Pak Tuia, Ode- teman kecil Sri- bahwa selama 14 tahun  dan 5 tahunnya Sri benar-benar dilatih kesabaran dalam menghadapi ibu tirinya sepeninggalan Mamaknya ketika melahirkannya dan Bapaknya di ulang tahunnya yang ke 9. Dengan segala beban yang mungkin pada zaman itu tidak akan sanggup di tanggung oleh bocah 9 tahun, namun sungguh ajaib Sri tetap sabar dan selalu teguh memengang janji terakhitr yang di-iyakannya- kepada bapaknya “hormati dan patuhi ibumu. Lakukan apa yang dia suruh tanpa bertanya. Turuti apa yang dia perintahkan tanpa membantah. Jangan mudah menangis, jangan suka mengeluh. Kamu adalah anak seorang pelaut tangguh. Bersabarlah dalam setiap perkara” kalimat yang selalu Sri pegang sampai sebuah tragedi kebakaran yang merenggut nyawa ibu tirinya membuat Sri berputar haluan dan meninggalkan pulau Bungin dengan membawa Tilamuta tanpa pernah kembali sekali pun.

Juz 2. Tentang Persahabatan di kota kedua selama 5 tahun.
Tulisan juz 2 ini membawa Zaman ke sebuah madrasah yang dipimpin Kiai Ma’sum yang terletak di Surakarta. Dengan membawa Tilamuta- adik semata wayang- Sri diterima dengan baik di madrasah ini. Dia dberikan tempat tinggal dan bisa menuntut ilmu serta dikelililingi sahabat yang sangat sayang padanya, Nur’aini dan Mbak lastri. Namun setelah 4 tahun tinggal disana dan 1 tahun terakhir Sri sudah menjadi guru bahasa setelah tamat sekolah, berita buruk lagi-lagi menyelimuti kehidupan Sri yang diawali dengan penghianatan salah satu sahabat terbaiknya, Mbak Lastri. Penghianatan itu berujung pada penyerangan madrasah sehingga membuat pertumpahan darah yang  banyak menelan korban baik dari santri di madrasah dan seluruh keluarga kiai Ma’sum, yang tersisa hanya Nur’aini dan suaminya, Arifin. Setahun dari kejadian menyedihkan itu Sri bertolak ke Jakarta untuk hidup yang  baru.

Juz 3 Tentang Keteguhan Hati di Ibukota Jakarta selama 12 tahun.
Tulisan juz 3 ini membawa Zaman ke Jakarta yang padat dan macet, penuh dengan bangunan-bangunan yang menjulang, tidak seperti surat-surat yang dituliskan Sri pada Nuraini sahabatnya selama kehidupannya di Jakarta, dimana Sri jatuh bangun memulai usahanya di kota ini, kegagalan demi kegagalan sudah dilewatinya hingga keberhasilannya lagi-lagi direnggut kebakaran besar dan akhirnya menuntun dia membuka sebuah bisnis besar. Sampai surat ke 20 akhirnya Zaman bisa menemukan bisnis Sri yang benar-benar sudah berkembang dengan pimpinan seorang perempuan berusia 60 tashun yang sejak ia usia 15 tahun sudah bersama dengan Sri di Jakarta. Sampai juz ini Zaman sudah mulai sedikit mendapat titik terang permasalahan yang dihadapinya.

Juz 4 Tentang Cinta di London selama 19 tahun.
Tulisan juz 4 ini merupakan bagian terindah dan terpedih bagi Sri, bagaimana akhirnya dia menemukan pasangan hidup di kota ini, kebahagiannya lagi-lagi tak bisa dirasakannya karena tak berselang lama Sri harus merasakan kehilangan yang sangat dalam sehingga merubah kepribadiannya yang ceria menjadi bermuram durja. Disinilah peran cinta itu, pria yang mencintai Sri itu dengan tulus selalu memiliki cara mengembalikan keceriaan Sri sampai pria itu menutup mata dan Sri memutuskan meninggalkan keluarganya di London secara diam-diam.

Juz 5 Tentang Memeluk semua rasa takut selama 16 tahun.
Tulisan juz 5 ini tentang kehidupan baru Sri dengan orang-orang baru yang membuatnya kembali bersahaja dan bermanfaat bagi sekitarnya. Kehidupan yang membawanya berkeliling negara dan melintasi 5 benua sampai akhirnya Sri dengan tenang menutup mata di panti jompo yang telah menerimanya dengan segala keramahan dan  kekeluargaan.

Satu hal yang sama dari 3 juz kehidupan Sri adalah kepergiannya yang secara mendadak tanpa sempat meninggalkan pesan ataupun alasan yang jelas akan kepergiannya. Zaman akhirnya mendapatkan penyebab itu, penyebab yang membuat Sri menghilang dengan tiba-tiba ternyata karena dia menghindar dari sosok masa lalunya yang muncul bagaikan sosok yang menakutkan. Sampai akhirnya Zaman bisa menuntaskan segala amanat yang ditinggalkan oleh Sri Ningsih.
Membaca novel Tere Liye dengan tebal 524 halaman tidak akan terasa karena kita benar-benar dibuat hanyut oleh drama yang diciptakan penulisnya. Selalu mendapat kejutan-kejutan kecil yang diselipkan disetiap babnya. Memang terasa sekali drama yang dituliskan namun tidak membuat kita bosan bahkan kita akan hanyut menjadi salah satu tokoh di dalam ceritanya.

Apa yang membuat kita menyukai novel ini? Karena di dalamnya berisi:
  1. Tentang kehidupan yang benar-benar dikemas dengan segala kebaikan di dalamnya, tentang nasehat yang diselipkan dari percakapan-percakapan ringan, tentang bagaimana bahwa efek dari berbuat kebaikan sangat membantu dimasa depan walaupun kebaikan sekecil debu dan bahkan kita tak menyadarinya bahwa telah melakukan kebaikan itu.
  2. Tentang hal-hal kecil di awal yang sebenarnya memiliki peran besar di dalam cerita selanjutnya, penyelipan yang sangat apik di lembar awal sampai kita seperti melupakan tokoh cerita tersebut hingga pada akhir cerita ternyata ia juga sangat berperan dalam kehidupan tokoh utama.
  3. Tentang pekerjaan-pekerjaan yang sederhana namun sangat besar andilnya bagi masyarakat sekitar, tidak harus melibatkan pengusaha-pengusaha kaya namun tetap dapat inti atas pemahaman dari pekerjaan itu sendiri.
  4. Tentang tempat-tempat baru yang semula tak pernah ada dibayangan kita dan selalu menyelipkan informasi baru tentang sejarah masa lalu yang memang tidak pernah kita baca bahkan dipelajaran sejarah ketika dibangku sekolah sekalipun.
  5. Tentang cinta yang dikemas secara sederhana namun romantis tak terkira, pertemuan dua insan yang berawal dari hal sepele namun memberi pelajaran berarti bagi pembacanya.


Apa yang membuat novel ini sedikit tak menyenangkan?
  1. Pada bagian akhir cerita, saya rasa terlalu sangat mendrama. Disaat Zaman menyelamatkan Tilamuta terlalu banyak dialog yang dibuat, padahal saat itu yang paling dibutuhkan adalah ketangkasan dan kecepatan untuk menyelamatkan diri (hal. 508-513)


Kata-kata yang sangat menarik di novel ini:
  1. “Aku ingin sekali punya hati seperti miliknya. Tidak pernah membenci walau sedebu. Tidak pernah berprasangka buruk walau setetes. Dia adalah sahabat terbaikku” (hal.206)
  2. “Chaty, jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilsah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru. Aku titip Pabrik ini. Rawat dia seperti merawat anakmu sendiri” (hal.278)
  3. “Aku berjanji, Sri. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi, lagi, dan lagi padaku. Agar kita bisa kembali melanjutkan hidup seperti dulu. Agar aku bisa menyaksikan sri yang selalu riang. Sri yang selalu menatap sederhana kehidupan ini.” (hal.385)
  4. “Aku bahkan bersedia memilih mati bersama dengan empat orang jahat itu dmei menegakkan keadilan” (hal.512)
  5. “…..itu akan jadi momen menyenangkan bagiku karena aku belum pernah menemukan gadis dengan hati secantik milikmu” (hal.519)

Penilaian novel ini 4,5/5
Novel yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Happy reading guys!!

Rabu, 21 Desember 2016

(Wishful Wednesday) Blue Valley Series



      Ya Allah..apa hanya aku yang merasa waktu ini begitu cepat berlalu, serasa masih November, eh tapi malah udah akhir Desember aja..huhu
November kemarin  memang sangat disibukkan dengan beberapa kerjaan yang alhamdulillah sangat menambah wawasan & pengalaman, tapi terasa juga tidak menikmati jalannya waktu seperti biasanya, tau-tau udh sampe Desember aja dan banyak ketinggalan info terbaru dari medsos dalam rangka giveaway khususnya *curcol

      Pastinya juga ketinggalam Wishful Wednesday selama 5 x putaran. jadi, berhubung 5 wishful yang ketinggalan jadi untuk minggu ini akan aku borong semua novel-novel yang sangat aku inginkan bisa menemani di libur akhir tahun ini..

       And my wisful wednesday is......
       Jreeng....Jreeng.....Jreeng....




   Ini novel yang pas untuk impian Rabu ini, sepaket lengkap 5 novel..kenapa suka?? jelas dari penulisnya yang kece-kece pasti menghasilkan novel yang sangat bagus dan menarik.
Ahhh..berharap ada yang mau nyumbangin untuk aku *fakirnovel :D

Rabu, 14 Desember 2016

Wanita Pigura itu.


Kunikmati rinai hujan senja ini. air yang turun dari langit luas dan bercumbu dengan alam sehingga menyerap hingga perut bumi yang terdalam. Begitu indah. Aku sangat menyukai hujan. Kenapa? Karena aku selalu berharap dengan adanya aer hujan yang mengalir, rasa sedihku ini juga ikut mengalir, bahkan menghilang dari seluruh urat nadi ini. Ketika hujan datang, luka ini memang ikut menghilang tapi ketika tetesan hujan ini berakhir, luka ini kembali hadir. Apa tidak boleh bersedih?

“nduk, nti kamu masuk angin” suara berat yang begitu ku kenal menegurku, yang sebenarnya pemilik suara itu tau aku tak memerlukan ucapannya dan aku pasti akan terus duduk diteras ini. 
Seperti biasa, pemilik suara itu mendekat dan memegang pundakku seperti hujan-hujan sebelumnya dan akan mengeluarkan kata-kata “tak ada yang perlu disesali, semua itu sudah ketentuan Allah” aku tetap diam, dan seperti biasa pemiik suara itu meletakkan segelas teh hangat disampingku dan berlalu. Kebiasaan selama setahun kebelakang ini di saat hujan. Aku tetap diam. Tak meliriknya sedikit pun. Aku tak membenci dia, tidak pernah sedetikpun membenci pemilik suara itu. Tapi aku membenci wanita yang bersamanya, yang sebulan lalu dibawanya ke rumah ini, kerumah yang semestinya tak ada tempat untuk wanita lain. Aku cemburu? Tidak! Egoku berontak. Aku tak perlu cemburu dengan wanita itu.

Rinai hujan itu berhenti, kuputuskan untuk masuk ke kamar, tetap kubawa segelas teh hangat itu, melewati ruang tamu ku lihat wanita itu sedang bercanda riangnya dengan adikku, Ya! Wanita mana yang tidak bisa mengambil hati anak seusia 5 tahun? Hanya dengan memberikan permen dan mendongeng akan membuat dia tunduk pada wanita itu. Tapi aku bukan anak seusianya. Aku sudah umur belasan dan aku tau kalau cintanya tak sepenuhnya tercurahkan kepada kami. Hanya untuk pemilik suara itu.
“hujannya sudah reda ya nduk?” tanya wanita itu. Basa basi! Dan aku tau itu. Aku hanya mengangguk. Dan aku berlalu, meninggalkan wanita itu yang tetap menatap punggungku sambil berlalu.

Sesampai di kamar kupandangi lagi wajah teduh seorang wanita luar biasa di figura tua ini,memakai baju warna hijau kesukaannya dan kerudung yang senada, poto yang di ambil ketika aku belum genap berusia sepuluh tahun, dengan tatapan mata dan senyuman yang membuat hati ini nyaman, semakin membuatku merindukannya. 
Banyak yang ingin kuceritakan kepadanya. Tentang bimbang hati ini, tentang Ayu teman sekolahku yang ngeselin, tentang rasa yang ku tak tau apa yang selalu muncul ketika kubersama Dian, teman pria di kelasku. Huh! Memikirkannya saja membuat pipi ini panas. Begitu banyak, serta tentang wanita yang datang ke rumah ini secara tiba-tiba seperti ingin menggantikan sosoknya. Sangat banyak. 
Tapi kenapa waktu begitu cepat menjauhkan aku dari wanita di figura ini? “karena Allah lebih sayang padanya” Kata pemilik suara berat itu padaku ketika kami mengantar wanita ini ke tempat peristirahatan terakhirnya, aku hanya bisa menangis ketika semua orang menyalamiku tapi aku tak mengenal mereka mereka, saat itu Aku hanya menatap gundukan tanah segar itu, dan berharap akan segera bangun dari mimpi buruk itu. Tapi tidak! Hari itu  nyata. Sampai kami pulang kerumah tanpa wanita figura ini dan itu yang membuatku semakin tersadar kalu ternyata kami telah berada di alam yang berbeda. Air mata ini jatuh lagi, tak bisa ku tak menangis bila melihat wanita dalam figura ini, walaupun kejadian itu sudah lebih empat bulan dari tiga enam puluh enam hari.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Ku berjinjit mengendap-endap memasuki kamar pemilik suara berat itu, yang dulunya juga kamar wanita figura ini tapi sekarang telah ditempati oleh wanita baru ini. Lama ku tak masuk ke dalam kamar ini, tak sanggup melihat semuanya akan berubah.
Aku tesigap ketika membuka pintunya, tidak ada yang berubah, masih terdapat bingkai poto kami bersama yang berukuran besar di dinding kamar itu, masih tetap ada bunga kesayangan wanita figura itu di sudut ruangan dan benar-benar tak ada yang berubah, bahkan aroma kamar ini juga masih tetap sama, yang semakin membuatku tercengang dengan tak ada satu pun photo wanita baru itu di dalam kamar ini, bahkan poto ketika mereka mengikat janji setia.
Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki yang mendekat ke kamar ini, refleks aku bersembunyi agar tak melihat, kupaksa badanku ini merayap di bawah tempat tidur di kamar ini, aku tak ingin terlihat sedang mnegendap-endap dikamar ini. jantung ini seperti ingin berloncatan ke luar demi melihat pria bersuara berat dan wanita itu measuk ke kamar ini.
“Ra, maafkan mas ya” suara berat itu mulai membuka suara, jarak mereka sekitar tiga meter dari tempat persembunyianku dan aku bisa mendengar dan melihat semuanya dengan jelas.
“gak ada yang salah mas, gak ada yang harus dimaafkan, semua ini ketentuan allah, seperti yang pernah mas katakan pada saya” wanita itu dengan berat mengucapkan, terdengar seperti ia menahan tangis.
“tapi itu yang membuat kamu tidak nyaman seperti ini kan? Membuat karir kamu terhambat dan Dia, orang yang kita jumpa barusan sebenarnya pilihan hati kamu”
“tidak mas..tidak..” suara wanita itu tercekat
“Ra, saya tau, dengan melihat tatapan mata kalian berdua saja, saya paham masih ada rasa yang tertinggal” Aku terus menyimak arah pembicaraan mereka yang semakin tak kumengerti maksudnya.
“itu gak sebanding mas, dengan apa yang kudapatkan dari mas dan mbak”
“ini bukan untuk balas budi Ra”
“bukan mas, aku bukan membalas budi kalian karena ku tau aku tak sanggup membalasnya, aku hanya ingin melakukan apa yang aku bisa untuk membahagiakan mas dan mbak dan aku rasa ini yang harus kulakukan. Karena aku tau kebahagiaan kalian ada jika melihat dua anak itu bahagia” begitu tegas suara wanita itu terdengar walaupun semakin serak.
 “udah tiga ratus hari Ra, saya tidak tau berapa lagi sisa waktunya dan apa ini cukup untuk meyakinkan sasa kalau kamu bisa menggantikan sosok ibunya?”
Aku mulai menahan nafas, kenapa ada nama ku? Kenapa dengan beberapa sisa hari ke depan, apa ini seperti taruhan? Apa ini pegadaian? Aku benar-benar belum paham apa yang sedang dipikirkan kedua insan tersebut.
“mas, mbak ina gak bakal bisa tergantikan di hati sasa tapi saya hanya berharap, dia bisa meletakkan saya disudut hatinya yang tersisa” Dia mulai terisak, Aku merasakan ketulusun di setiap kata-kata wanitu itu, tanpa sadar airmata ini ikut keluar juga.
 “dan kita tidak tau rencana allah mas, seratus hari kata dokter mungkin bisa menjadi ratusan tahun jika Allah menghendaki”
Aku mulai memahami pembicaraan ini. Ya Allah! Ini tentang penyakit pemilik suara itu, aku tau dulu Ayah dari dulu sakit tapi tak separah yang kubayangkan. Aku menahan tangisku agar tidak terdengar oleh mereka, selama ini aku benar-benar salah menilai sosok wanita ini. Ya Allah, beri aku waktu untuk meminta maaf kepada keduanya.
-----------------------------------------------------------
Kupandangi gundukan tanah yang segar itu. Ayah juga telah pergi, tak sampai seratus hari sisanya seperti yang dikatakan oleh dokter, Allah mengambil ayah lebih cepat, tanpa ada tanda-tanda yang ditinggalkan, Ayah menghembuskan nafas terakhir dengan tenang seusai shalat subuh tadi pagi. Ayah menyusul Mamak di sana, mungkin mereka diciptakan untu bersama di dunia dan alam selanjutnya. Wanita ini memelukku erat. Aku merasakan kehangatan yang di alirkannya. Wanita ini memeluk kami berdua dengan tegar, walalupun aku tau dia juga tak sekuat kelihatannya, ada sisi rapuh yang disembunyikannya. Makasih ya Allah kau menggerakkkan hatinya tuk mau bersama aku dan adikku.
Dia menuntun kami berdua untuk pulang, kulihat ada beberapa saudara yang berada dibelakang kami, aku tetap diam tak mengatakan apapun. Sebelum sampai ke rumah, gerimis itu turun, melukiskan isi hatiku yang sedang berduka. Kutatap wajah wanita ini dengan seksama, ada kepedihan yang mendalam tampak di wajahnya.
“Ibu” panggilku lirih. Dia tersentak kaget, pasti heran dengan ucapanku. Tapi kuputuskan untuk mengatakannya saat ini, tepat atau tidak tepat.
“kamu mengucapkan apa sa?” katanya hampir tak terdengar, aku tau dia tak percaya denagn ucapanku.
“Ibu” aku menegaskan lagi kata-kata itu, kata yang memang harus ku sematkan padanya.
“bisa Ibu mencarikan sosok Ayah tuk mengisi sudut hatiku yang masih tersisa?” Akhirnya aku mengatakannya, hal pertama yang terlintas di pikiranku ketika melihat gundukan makam ayak tadi.
Dia terkejut dengan airmata yang semakin deras di pipinya, tapi aku tau itu airmata bahagia. Hujan itu kembali datang dan ku tau hujan ini membawa sedihku yang akan digantikan oleh bahagia ketika rinai itu pergi, seperti pelangi yang datang setelah hujan hilang..

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama Jia Effendie



Rabu, 09 November 2016

(Wishful Wednesday) The Girl on Paper (La Fille de Papier)



Banyak sekali kejadian dalam minggu ini yang menguras emosi ya, walaupun hanya mengikuti ceritanya dari televisi atau kicauan di media sosial, namun seperti mengikuti dengan nyata, Emosinya, kesedihannya, kebanggaannya dan rasa haru yang ada. Hanya bisa berdoa semoga apapun itu hasilnya tetap menciptakan keharmonisan dalam negara Indonesi tercinta. 
Begitu pula dengan kedamaian dan kenyamannya di seluruh belahan dunia lainnya, semoga tetap memberikan yang terbaik bagi seluruh umat manusia yang ada di alam semesta ini.
That is my wishful for our lives and our world.
Just safe.

Aaandddd...my wishful Wednesday is....





Judul/Title: The Girl on Paper (La Fille de Papier)
Penulis/Author: Guillaume Musso
Jumlah halaman/Number of pages: 448
Penerjemah/Translator: Yudith Listriandri
Penyunting/Editor: Selsa Chintya
Proofreader: Titish A.K.
Design Cover: Chyntia Yanetha
Penerbit/Publisher: Spring
ISBN: 978-602-74322-4-6

Gadis itu terjatuh dari dalam buku.
Hanya beberapa bulan yang lalu, Tom Boyd adalah seorang penulis miliarder yang tinggal di Los Angeles dan jatuh cinta pada seorang pianis ternama bernama Aurore. Namun, setelah putusnya hubungan mereka yang terekspos secara publik, Tom menutup dirinya, menderita writer’s block parah, dan tenggelam dalam alkohol dan obat terlarang.
Suatu malam, seorang gadis asing yang cantik muncul di teras rumah Tom. Dia mengaku sebagai Billie, karakter dalam novelnya, yang terjatuh ke dunia nyata karena kesalahan cetak dalam buku terakhir Tom.
Meskipun cerita itu gila, Tom harus percaya bahwa gadis itu benar-benar Billie. Akhirnya mereka membuat perjanjian. Jika Tom mau menulis novel agar Billie bisa kembali ke dunianya, Billie akan membantu Tom untuk mendapatkan Aurore kembali.

Tidak ada ruginya, kan? Iya, kan?
Novel ini sudah mencuri hati sejak melihat covernya aja, simple dan menarik dan setelah melihat review-riview di medsos membuat semakin jatuh cinta pada Tom dan membuat aku berandai-andai mengeluarkan salah satu tokoh fiksi favoriteku..haha

Dan lagi-lagi walaupun aku sudah mengikuti Giveawaynya baik di twitter, facebook dan instagram tetap aja belum ada yang emmberiku kesempatan mendapatkan buku ini. Mudah-mudahan aja ada yang berbaik hati menghadiahkannya untukku diakhir tahun ini.
Aamiin.

(Giveaway) Beat of the Second Chance



Galang, mantan drummer Three Notes sebuah band terkenal terpaksa berhenti dari dunia musik karena kehilangan satu kakinya dalam kecelakaan. Dunianya kini adalah pertaruhan untuk survive dalam hidup dan pekerjaan yang tidak mengizinkannya, memiliki kesempatan karena statusnya kini adalah 'orang cacat'.


Di satu sisi, Nessa dokter muda yang di ambang kesuksesan karena mewarisi rumah sakit keluarga di Melbourne mulai ragu dengan keputusannya. Pertemuannya dengan Galang membangkitkan mimpi lama tentang menjadi drummer saat dirinya masih mengidolakan laki-laki itu.



Dulu, mereka tidak percaya lagi pada mimpi. Dulu mereka menyerah dengan keadaan. Tapi sebuah pertemuan memercikkan harapan keduanya untuk membalikkan keadaan. Yang mereka butuhkan hanya kesempatan.


Sebuah kesempatan kedua.

Mau dapat novel ini dengan gratis?? yuk ikutan Giveawaynya di sini
ikuti juga Blogtour lainnya di sini yaaaa

Jumat, 28 Oktober 2016

(Review) Kesempurnaan Cinta



Seingat aku, iklan Kesempurnaan Cinta ini udah wara-wiri di tv Ramadhan Juni kemarin. Tapi yang namanya sinetron di tv swasta tak pernah membuat aku tertarik. Teringat sinetron terakhir yang aku ikuti judulnya “Siapa Takut Jatuh Cinta” yang pemainnya 4 cowok dan 1 cewek -leony- kalau gak salah pada waktu itu, kenapa tertarik? karena dulunya penggemar F4 jadi setelah diadaptasi ke sinetron Indonesia jadi ngikuti juga.



Setelah itu tidak pernah lagi mengikuti sinetron-sinetron televisi swasta Indonesia tercinta. Kenapa? karena jalan ceritanya seperti mengada-ngada dan berlebihan serta tak patut untuk ditiru dan digugu. Sinetron Indonesia sering berceritakan si kejam yang kaya raya dan si super duper baik yang sederhana malah sering terlibat hutang piutang, jadi ceritanya dimana anak cowok dari keluarga kaya raya jatuh cinta dengan anak cewek dari keluarga biasa saja dan timbullah konflik penyiksaan mamak dan calon mantu yang kejam terhadap tokoh utama. Atau aksi kekerasan yang dicontohkan anak sekolahan, bully terhadap siswa yang lemah, menindas dan bersaing untuk mendapatkan cowok keran di sekolah (sangat heran, disekolah seharusnya belajar tapi ini malah sibuk bergaya dan bertengkar). Atau tentang hal yang mustahil sekalipun, orang terbang, kekuatan ajaib yang propertinya sangat-sangat tidak mendukung. Atau tentang bayi yang tertukar dan akan berjumpa ketika beranjak dewasa. Atau cara pengambilan gambar yang rada-rada menggulur waktu serta backsound yang adegan biasa aja tapi terdengar seperti kriminal.

Ahhh..benar-benar buat pusing kepala, sehingga anak-anak sekarang malah mengikuti apa yang tak layak ditiru, menonton apa yang seharusnya belum waktunya mereka tonton.
Jadi, dimulai sekitar sebulan yang lalu karena sakit dan istirahat total di rumah, tak bisa kemana-mana membuat bosan dan memilih mengikuti siaran tv. Ketika tak ada pilihan lain biasanyanya tv tetap menyala agar tak terasa sepi dengan stasiun Net Tv. Sore itu dengan tidak minatnya Aku mengikuti alur cerita “Kesempurnaan Cinta”, awalnya biasa saja. Keesokkan harinya juga tetap chanel tv tidak berubah dari sinetron yang dibintangi Dimas Seto sebagai aktor utamanya itu.

Setelah seminggu penuh mengikutinya, Aku jadi memiliki pandangan yang berbeda akan cerita yang diangkat dalam sinetron ini. Tak ada kekerasan, tak ada pembullyan, tak ada adengan-adengan penyiksaan dan backsound yang tak sesuai dengan jalan ceritanya. Dan setelah sembuh dan beraktivitas seperti biasa, setidaknya dalam seminggu ada saja kesempatan untuk menonton kelanjutan cerita Jasmine dan Rafa ini.

Eh, ternyata tadi sore itu episode terakhir tayangnya..jadi rada nyesal kenapa gak ikuti sinetron ini dari bulan Ramadhan lalu ya. Hahaha… Ada beberapa hal positif yang juga membuat “Kesempurnaan Cinta” ini berbeda dengan sinetron yang lain, yaitu:
1.      Efek atau editan warna yang dipilih terlihat soft dan backsound juga sangat lembut, tidak ada yang terdengar seperti berita kriminal atau menyeramkan sekalipun adegannya kecelakaan.
2.      Sikap sopan dan santun yang dicontohkan sangat terasa di kisah ini, bagaimana sikap Jasmine dan Rafa terhadap orangtua dan tetangga, bagaimana mereka di sekolah saling bantu membantu sesama teman.
3.      Nada berbicaranya juga sangat terdengar lembut, tidak ada membentak dan membully, tidak ada adegan ekspresi benci yang terlihat diwajah pemainnya.
4.      Tidak ada sikap kekerasan atau penyiksaan antara sesama aktor, walaupun jelas-jelas menceritakan cinta segitiga tapi tidak terselipkan iri dan dengki serta menjatuhkan posisi orang lain.
5.      Kehangatan yang terasa antara rekan kerja, saling membantu dan kerjasama. Tidak  ada kesan menjatuhkan dan bersaing tidak sehat.
6.      Kisah asmaranya juga dikemas begitu apik, tak menggunakan gombal-gombalan yang diumbar atau keromantisan lebay, tapi tetap terkesan romantis dan elegan.

Nonton beberapa minggu saja sudah dapat positifnya, apalagi nonton dari awal pasti sudah ikutan baper seperti yang penggemar yang lainnya. Salut dan bangga dengan Net Tv yang sudah menyungguhkan tontonan yang layak untuk dinikmati masyarakat (walaupun hanya nonton beberapa episode saja).  Berharap akan ada juga ide-ide dari yang lainnya untuk menciptakan tontonan yang memang layak untuk dikosumsi masyarakat dan berdampak positif bagi setiap penikmatnya.


Rabu, 19 Oktober 2016

Wishful Wednesday : Again and again about Architecture



1.     The Architecture of Love 
Oleh : Ika Natassa
Format: Soft Cover
ISBN: 6020329267
ISBN13: 9786020329260
Tanggal terbit : 14 Juni 2016
Bahasa Indonesia
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Halaman 304
Dimensi 135 mm x 200 mm



Ini buku masih dan masih tetap jadi wishfull saya yang teratas, masih saja selalu memandang- buku ini di salah satu toko buku online Bukabuku.com, dan lagi-lagi masih tetap bertengger di  best seller dan top 20, tapi harganya kok belum turun-turunnya *memangnya harga cabe! Atau nunggu diskon sampe 50% *maunyaa. Apalagi dengar desas desusnya akan di filmkan *tambah penasaran.


Awal tertarik akan buku ini karena “Architecture” yang ada pada judulnya, dengan saya yang mencintai bidang ini merasa penasaran bagaimana rancangan perjalanan cinta yang dijabarkan oleh Ika Natassa dan juga cover yang seperti ilustrasi benar-benar menggelitik hati untuk mengetahui gambaran cinta yang dipahat dalam goncangan kabut yang lebat. Ahhh… tak sabaran tenggelam menjadi salah satu tokoh pada novel ini.

2.   Love is..
Oleh : Puuung
Format:Hard Cover
ISBN13:9786023941506
Tanggal Terbit:20 Juni 2016
Bahasa:Indonesia
Halaman:224
Dimensi:160 mm x 215 mm



“Not all beautiful stories are best told in words, some are more enchanting through pictures."  -Ika Natassa, penulis novel best-seller.

Testimoninya aja Ika Natassa, salah satu penulis yang sangat aku kagumi membuat novel ini menjadi incaranku minggu ini –sebenarnya sudah dari berpuluh-puluh minggu lalu-. Tapi benar-benar harus meronggoh kantong yang lumayan dalam membuatku masih harus bersabar untuk menikmati ilustrasi-ilustrasi yang ada di dalam buku ini.
Melihat beberapa review di internet malah benar-benar buat baper ne buku *gigit jari

My wish minggu ini tentang seorang penulis best-seller dan novel yang testimoninya oleh penulis yang sama. Teman-teman yang mau ikutan menuliskan buku yang sangat-sangat pingin dibaca minggu ini  bisa ikutan disini
Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang udah share wishlistnya di hari Rabu :)

Rabu, 21 September 2016

(Review) Alang


Penulis : Desi Puspitasari
Penerbit : Mahaka
ISBN : 9786029474091
Terbit : 21 Juli 2016
Ketebalan : 236 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
Sampul : Soft cover

Alang, sejak usia SMP sudah menyukai bidang seni khususnya musik. Alang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang sangat bertolak belakang dengan cita-citanya, Bapak Alang sangat menentang cita-cita menjadi seniman karena menurut pandangan Bapak  seniman hanya akan membuat hidup sengsara dan tida akan menjamin masa depan yang cemerlang. Pendapat bapak ini bukannya tak beralasan, dengan pengalaman bapak pada terror pada tahun “66 membuat Bapak berfikir tidak ada yang dapat diandalkan dari seorang seniman.

Namun  Alang –seorang remaja yang suka mendengarkan dongeng Simbah Bisma- sudah membulatkan tekad untuk tetap meraih cita-citanya menjadi seorang seniman walaupun dihalangi oleh Bapak karena Alang tahu ada Ibu yang selalu mendukung dalam diam dan do’a. serta ada Arif, sahabat setianya -yang suka ngomong seenaknya dan pemalas tingkat dewa- selalu ada membantu Alang untuk menutupi latihan-latihan dari Bapak selama ini.

Kesungguhan alang akan musik sudah tampak dari SMP, saat pelajaran kesenian bersama Pak Gun, Alang sampai kerja paruh waktu hanya untuk mendapatkan uang agar bisa membeli  recorder -alat music- untuk praktek pelajaran kesenian. Melihat kesungguhannya, guru kesenian itu dengan sukarela mengajarkan alat musik lain, seperti gitar yang akhirnya membawa kesuksesan Alang sampai mendapatkan beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi yang akhirnya juga membuat hubungan Alang dengan orangtuanya retak.

Keyakinan Alang akan cita-citanya dikuatkan lagi oleh janji yang dibuatnya bersama seorang gadis aneh di sekolahnya,  gadis jutek dan pendiam serta dijauhi oleh teman-teman sekelasnya, namun akan berubah menjadi cewek yg lembut dalam menuangkan perasaannya lewat puisi-puisi. Sejak pertemuan mereka di kelas sepulang sekolah, Alang semakin memperhatikan cewek aneh yang menimbulkan rasa aneh juga dihatinya. April, cinta pertama Alang.

Ditengah perjuangannya di kampus ternyata keyakinan Alang menurun dan mencapai pada titik rendah dimana Dia tidak ingin lagi berjuang sampai akhirnya seorang gadis yang telah jatuh cinta padanya sejak SMA menjadi penerang awal karirnya. Mia, gadis yang sama-sama menekuni bidang musik. Mia yang terus-terusan memberi semangat pada Alang ketika terpuruk semakin dalam. Alang menjadi ragu akan April cinta pertamanya atau Mia sang penyemangatnya.

Bagaimana cita-cita Alang selanjutnya? Bagaimana perjalanan karir Alang? Bagainmana hubungan Alang dengan orangtuanya? Bagaimana cinta alang antara April dan Mia?

***************


Jujur, awal membaca review-review di medsos tentang novel ini saya sudah menyimpulkan novel ini menceritakan tentang cinta segitiga antara persahabatan yang diselingi oleh bidang seni yang mereka geluti.

Namun ternyata SALAH! SALAH BESAR! Novel ini bukan hanya menceritakan romansa remaja tapi lebih kepada seseorang yang beranjak dewasa dengan keputusan-keputusna yang diambilnya agar sampai ke puncak yang iimpikan.

Setelah membacanya, saya memiliki 3 perasaan:
Pertama: Salut,  Emosional dan Haru saat merasakan keteguhan Alang akan cita-cita dan perjuangannya dalam meraih cita-cita, walaupun Bapak menentang namun Alang tetap berani mengambil resiko dengan kabur dari rumahnya dan berjuaang menjadi orang sukses untuk membuktikan kepada Bapak bahwa seniman bukanlah pekerjaan yang sepele dan tak memiliki masa depan. Juga disaat Alang merelakan tuk menemani April dan menelantarkan cita-citanya, saat dimana Mia datang dengan marah melihat ketepurukan Alang. (bagian ini geram bener sama April yang plin-plan, malah lebih suka arif yang selalu melihat realita yang ada, tidak mendrama..hehehe)

Kedua,  Romantis. Aahhh…aku suka romantis di dalam novel ini, tidak lebay dalam mengungkapkan rasa sayang, tapi malah membuat senyum-senyum sendiri -saya sebagai pembacanya- (atau karena saya memang tipe yg suka romantis secara sederhana namun bermakna *curcol). Romantisnya terdapat pada lirikan mata, kata-kata singkat yang tak terduga, dan pembuktian oleh sikap.  Dari banyaknya kata romantis yg sederhana, saya paling suka pada bagian:

“Bila April diberi kemampuan untuk menulis cerita, berbicara dengan kata-kata, maka melalui petikan gitar, aku diberi kemampuan untuk berbicara dengan nada-nada” Alang Balas menatap April lekat-lekat. “Kami pasangan serasi kan sis?”
Siska langsung salah tingkah. “Eh…tapi…tapi kalian..kalian kan..”
“Tidak boleh pacaran?” sahut Alang. “tapi, kalau aku jatuh cinta pada April boleh-boleh saja, kan?”
-hal.121-

Wuaaaaa…..aku suka bagian ini, favorit!

Sebenarnya banyak banget favorite quote keromantisan di dalam novel ini, tapi gak boleh dibocorkan semua ya biar pada penasaran para pencita romantis yg sederhana.

Ketiga, Kagum. Ada beberapa bagian dalam novel ini yang aku tak menduga akan diselipkan, memang tidak secara detail tapi sangat menjadi pelajaran bagi yang membacanya, seperti dongeng Simbah Bisma yang mengajarkan kita agar terus bisa melestarikan dongeng wayang yang kian terkikis oleh teknologi maju. Kemudian pada hal 139-143, benar-benar menunjukkan pada kita bagaimana kekhusyukan kita ketika beribadah. Serta ketika Alang dan April melakukan shalat zhuhur, ini benar-benar bisa menjadi contoh kita di zaman sekarang yang tidak boleh melupakan kewajiban ditengah aktivitas yang padat.

Akhir kata, saya ingin sampaikan juga ada sedikit kekurangan yang saya dapati dalam novel ini yaitu kurangnya lembar pada bagian akhir, bagian Alang pulang kerumah menjumpai Bapak dan Ibu, saya mengharapkan disaat membaca mendapatkan rasa yang benar-benar seperti pulang dan lega, namun karena lembarnya terlalu singkat dan penjelasannya juga cepat serta padat jadi agak sedikit tidak dapat klimaknya dibagian perjumpaan itu. Namun itu tak mengurangi keseruan melakoni peran di dalamnya kok.

Secara keseluruhan novel ini bagus, sangat bagus malahan ceritanya, memotivasi bagi yang masih ingin mengapai cita-cita dan menjadi pelajaran bagi yang sudah mendapatkan cita-citanya sehingga bisa menjadi bahan ajar bagi anak cucu kelak *apeusih