Format:Soft
CoverISBN:6020822346
ISBN13:9786020822341
Bahasa:Indonesia
Penerbit: Republika
Halaman:524
Dimensi:135 mm x 205 mm
Novel ini berawal dari Zaman Zulkarnaen, seorang junior
associate di salah satu firma hukum Elder law yang memiliki
prinsip-prinsip kokoh dan berdiri tegak diatas nilai-nilai luhur di salah satu kawasan kota London. Zaman harus menuntaskan sebuah amanat dari
salah satu klien firma hukum mereka yang memiliki begitu banyak harta warisan.
Namun klien itu tidak meninggalkan jejak
ahli waris nya sendiri yang ternyata berasal dari salah satu kota di negara
kelahiran Zaman sendiri, Indonesia.
Dia adalah Sri Ningsih, seorang perempuan tua kurang lebih 70 tahun yang selama 16 tahun terakhir telah tinggal di
panti jompo yang letaknya hanya 900 meter jika berjalan kaki dari Menara Eiffel
Paris. Ketika kematiannya terdengar dan sesuai prosedur warisan yang ditinggalkan
akan diselesaikan oleh sebuah firma hukum jika tidak mau dikembalikan kepada
badan hukum Negara atau penipu-penipu lain diluar sana maka Zaman harus dengan
segera menemukan ahli warisnya atau setidaknya surat warisan.
Dibantu dengan diary Sri Ningsih yang dititipkan pada Aimee,
seorang petugas yang tinggal dipanti jompo, Zaman mulai mendapat petunjuk akan
kehidupan Sri yang hanya diwakilkan oleh 5 juz kehidupan yang ada pada 5 lembar
diary yang masing-masing lembarnya
diselipkan poto Sri pada masanya-kecuali juz 5-. Perjalan diary itu dimulai
pada tahun 1946.
Juz 1. Tentang kesabaran di kota kelahirannya selama 14 tahun.
Tulisan
juz 1 ini membawa Zaman ke salah satu pulau terpadat di dunia yang tidak tampak
tanah, rumput apalagi pohon, Sumbawa, Pulau Bungin. Pada bagian ini Zaman
mendapatkan informasi Sri Ningsih dari Pak Tuia, Ode- teman kecil Sri- bahwa
selama 14 tahun dan 5 tahunnya Sri benar-benar
dilatih kesabaran dalam menghadapi ibu tirinya sepeninggalan Mamaknya ketika
melahirkannya dan Bapaknya di ulang tahunnya yang ke 9. Dengan segala beban yang
mungkin pada zaman itu tidak akan sanggup di tanggung oleh bocah 9 tahun, namun
sungguh ajaib Sri tetap sabar dan selalu teguh memengang janji terakhitr yang
di-iyakannya- kepada bapaknya “hormati dan patuhi ibumu. Lakukan apa yang
dia suruh tanpa bertanya. Turuti apa yang dia perintahkan tanpa membantah.
Jangan mudah menangis, jangan suka mengeluh. Kamu adalah anak seorang pelaut
tangguh. Bersabarlah dalam setiap perkara” kalimat yang selalu Sri pegang
sampai sebuah tragedi kebakaran yang merenggut nyawa ibu tirinya membuat Sri
berputar haluan dan meninggalkan pulau Bungin dengan membawa Tilamuta tanpa
pernah kembali sekali pun.
Juz 2. Tentang Persahabatan di kota kedua selama 5 tahun.
Tulisan
juz 2 ini membawa Zaman ke sebuah madrasah yang dipimpin Kiai Ma’sum yang
terletak di Surakarta. Dengan membawa Tilamuta- adik semata wayang- Sri
diterima dengan baik di madrasah ini. Dia dberikan tempat tinggal dan bisa
menuntut ilmu serta dikelililingi sahabat yang sangat sayang padanya, Nur’aini
dan Mbak lastri. Namun setelah 4 tahun tinggal disana dan 1 tahun terakhir Sri
sudah menjadi guru bahasa setelah tamat sekolah, berita buruk lagi-lagi
menyelimuti kehidupan Sri yang diawali dengan penghianatan salah satu sahabat
terbaiknya, Mbak Lastri. Penghianatan itu berujung pada penyerangan madrasah
sehingga membuat pertumpahan darah yang
banyak menelan korban baik dari santri di madrasah dan seluruh keluarga
kiai Ma’sum, yang tersisa hanya Nur’aini dan suaminya, Arifin. Setahun dari
kejadian menyedihkan itu Sri bertolak ke Jakarta untuk hidup yang baru.
Juz 3 Tentang Keteguhan Hati di Ibukota Jakarta selama 12 tahun.
Tulisan
juz 3 ini membawa Zaman ke Jakarta yang padat dan macet, penuh dengan
bangunan-bangunan yang menjulang, tidak seperti surat-surat yang dituliskan Sri
pada Nuraini sahabatnya selama kehidupannya di Jakarta, dimana Sri jatuh bangun
memulai usahanya di kota ini, kegagalan demi kegagalan sudah dilewatinya hingga
keberhasilannya lagi-lagi direnggut kebakaran besar dan akhirnya menuntun dia
membuka sebuah bisnis besar. Sampai surat ke 20 akhirnya Zaman bisa menemukan
bisnis Sri yang benar-benar sudah berkembang dengan pimpinan seorang perempuan
berusia 60 tashun yang sejak ia usia 15 tahun sudah bersama dengan Sri di
Jakarta. Sampai juz ini Zaman sudah mulai sedikit mendapat titik terang
permasalahan yang dihadapinya.
Juz 4 Tentang Cinta di London selama 19 tahun.
Tulisan
juz 4 ini merupakan bagian terindah dan terpedih bagi Sri, bagaimana akhirnya dia
menemukan pasangan hidup di kota ini, kebahagiannya lagi-lagi tak bisa
dirasakannya karena tak berselang lama Sri harus merasakan kehilangan yang
sangat dalam sehingga merubah kepribadiannya yang ceria menjadi bermuram durja.
Disinilah peran cinta itu, pria yang mencintai Sri itu dengan tulus selalu
memiliki cara mengembalikan keceriaan Sri sampai pria itu menutup mata dan Sri memutuskan
meninggalkan keluarganya di London secara diam-diam.
Juz 5 Tentang Memeluk semua rasa takut selama 16 tahun.
Tulisan
juz 5 ini tentang kehidupan baru Sri dengan orang-orang baru yang membuatnya
kembali bersahaja dan bermanfaat bagi sekitarnya. Kehidupan yang membawanya berkeliling
negara dan melintasi 5 benua sampai akhirnya Sri dengan tenang menutup mata di
panti jompo yang telah menerimanya dengan segala keramahan dan kekeluargaan.
Satu hal yang sama dari 3 juz kehidupan Sri adalah kepergiannya
yang secara mendadak tanpa sempat meninggalkan pesan ataupun alasan yang jelas
akan kepergiannya. Zaman akhirnya mendapatkan penyebab itu, penyebab yang membuat
Sri menghilang dengan tiba-tiba ternyata karena dia menghindar dari sosok masa
lalunya yang muncul bagaikan sosok yang menakutkan. Sampai akhirnya Zaman bisa
menuntaskan segala amanat yang ditinggalkan oleh Sri Ningsih.
Membaca novel Tere Liye dengan tebal 524 halaman tidak akan terasa
karena kita benar-benar dibuat hanyut oleh drama yang diciptakan penulisnya. Selalu
mendapat kejutan-kejutan kecil yang diselipkan disetiap babnya. Memang terasa
sekali drama yang dituliskan namun tidak membuat kita bosan bahkan kita akan
hanyut menjadi salah satu tokoh di dalam ceritanya.
Apa yang membuat kita menyukai novel ini? Karena di dalamnya
berisi:
- Tentang kehidupan yang benar-benar dikemas dengan segala kebaikan di dalamnya, tentang nasehat yang diselipkan dari percakapan-percakapan ringan, tentang bagaimana bahwa efek dari berbuat kebaikan sangat membantu dimasa depan walaupun kebaikan sekecil debu dan bahkan kita tak menyadarinya bahwa telah melakukan kebaikan itu.
- Tentang hal-hal kecil di awal yang sebenarnya memiliki peran besar di dalam cerita selanjutnya, penyelipan yang sangat apik di lembar awal sampai kita seperti melupakan tokoh cerita tersebut hingga pada akhir cerita ternyata ia juga sangat berperan dalam kehidupan tokoh utama.
- Tentang pekerjaan-pekerjaan yang sederhana namun sangat besar andilnya bagi masyarakat sekitar, tidak harus melibatkan pengusaha-pengusaha kaya namun tetap dapat inti atas pemahaman dari pekerjaan itu sendiri.
- Tentang tempat-tempat baru yang semula tak pernah ada dibayangan kita dan selalu menyelipkan informasi baru tentang sejarah masa lalu yang memang tidak pernah kita baca bahkan dipelajaran sejarah ketika dibangku sekolah sekalipun.
- Tentang cinta yang dikemas secara sederhana namun romantis tak terkira, pertemuan dua insan yang berawal dari hal sepele namun memberi pelajaran berarti bagi pembacanya.
Apa yang membuat novel ini sedikit tak menyenangkan?
- Pada bagian akhir cerita, saya rasa terlalu sangat mendrama. Disaat Zaman menyelamatkan Tilamuta terlalu banyak dialog yang dibuat, padahal saat itu yang paling dibutuhkan adalah ketangkasan dan kecepatan untuk menyelamatkan diri (hal. 508-513)
Kata-kata yang sangat menarik di novel ini:
- “Aku ingin sekali punya hati seperti miliknya. Tidak pernah membenci walau sedebu. Tidak pernah berprasangka buruk walau setetes. Dia adalah sahabat terbaikku” (hal.206)
- “Chaty, jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilsah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru. Aku titip Pabrik ini. Rawat dia seperti merawat anakmu sendiri” (hal.278)
- “Aku berjanji, Sri. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi, lagi, dan lagi padaku. Agar kita bisa kembali melanjutkan hidup seperti dulu. Agar aku bisa menyaksikan sri yang selalu riang. Sri yang selalu menatap sederhana kehidupan ini.” (hal.385)
- “Aku bahkan bersedia memilih mati bersama dengan empat orang jahat itu dmei menegakkan keadilan” (hal.512)
- “…..itu akan jadi momen menyenangkan bagiku karena aku belum pernah menemukan gadis dengan hati secantik milikmu” (hal.519)
Penilaian novel ini 4,5/5
Novel
yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Happy reading guys!!