Penulis : Desi Puspitasari
Penerbit : Mahaka
ISBN : 9786029474091
Terbit : 21 Juli 2016
Ketebalan : 236 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
Sampul : Soft cover
Penerbit : Mahaka
ISBN : 9786029474091
Terbit : 21 Juli 2016
Ketebalan : 236 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
Sampul : Soft cover
Alang, sejak
usia SMP sudah menyukai bidang seni khususnya musik. Alang memiliki latar
belakang keluarga dan lingkungan yang sangat bertolak belakang dengan
cita-citanya, Bapak Alang sangat menentang cita-cita menjadi seniman karena
menurut pandangan Bapak seniman hanya
akan membuat hidup sengsara dan tida akan menjamin masa depan yang cemerlang. Pendapat
bapak ini bukannya tak beralasan, dengan pengalaman bapak pada terror pada
tahun “66 membuat Bapak berfikir tidak ada yang dapat diandalkan dari seorang
seniman.
Namun Alang –seorang remaja yang suka mendengarkan
dongeng Simbah Bisma- sudah membulatkan tekad untuk tetap meraih cita-citanya
menjadi seorang seniman walaupun dihalangi oleh Bapak karena Alang tahu ada Ibu
yang selalu mendukung dalam diam dan do’a. serta ada Arif, sahabat setianya -yang
suka ngomong seenaknya dan pemalas tingkat dewa- selalu ada membantu Alang
untuk menutupi latihan-latihan dari Bapak selama ini.
Kesungguhan alang
akan musik sudah tampak dari SMP, saat pelajaran kesenian bersama Pak Gun,
Alang sampai kerja paruh waktu hanya untuk mendapatkan uang agar bisa membeli recorder -alat music- untuk praktek
pelajaran kesenian. Melihat kesungguhannya, guru kesenian itu dengan sukarela
mengajarkan alat musik lain, seperti gitar yang akhirnya membawa kesuksesan
Alang sampai mendapatkan beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi yang akhirnya
juga membuat hubungan Alang dengan orangtuanya retak.
Keyakinan Alang
akan cita-citanya dikuatkan lagi oleh janji yang dibuatnya bersama seorang
gadis aneh di sekolahnya, gadis jutek
dan pendiam serta dijauhi oleh teman-teman sekelasnya, namun akan berubah menjadi
cewek yg lembut dalam menuangkan perasaannya lewat puisi-puisi. Sejak pertemuan
mereka di kelas sepulang sekolah, Alang semakin memperhatikan cewek aneh yang
menimbulkan rasa aneh juga dihatinya. April, cinta pertama Alang.
Ditengah perjuangannya
di kampus ternyata keyakinan Alang menurun dan mencapai pada titik rendah
dimana Dia tidak ingin lagi berjuang sampai akhirnya seorang gadis yang telah
jatuh cinta padanya sejak SMA menjadi penerang awal karirnya. Mia, gadis yang
sama-sama menekuni bidang musik. Mia yang terus-terusan memberi semangat pada Alang
ketika terpuruk semakin dalam. Alang menjadi ragu akan April cinta pertamanya
atau Mia sang penyemangatnya.
Bagaimana cita-cita
Alang selanjutnya? Bagaimana perjalanan karir Alang? Bagainmana hubungan Alang
dengan orangtuanya? Bagaimana cinta alang antara April dan Mia?
***************
Jujur, awal
membaca review-review di medsos tentang novel ini saya sudah menyimpulkan novel
ini menceritakan tentang cinta segitiga antara persahabatan yang diselingi oleh
bidang seni yang mereka geluti.
Namun ternyata
SALAH! SALAH BESAR! Novel ini bukan hanya menceritakan romansa remaja tapi
lebih kepada seseorang yang beranjak dewasa dengan keputusan-keputusna yang
diambilnya agar sampai ke puncak yang iimpikan.
Setelah membacanya, saya memiliki 3 perasaan:
Pertama: Salut,
Emosional dan Haru saat merasakan
keteguhan Alang akan cita-cita dan perjuangannya dalam meraih cita-cita,
walaupun Bapak menentang namun Alang tetap berani mengambil resiko dengan kabur
dari rumahnya dan berjuaang menjadi orang sukses untuk membuktikan kepada Bapak
bahwa seniman bukanlah pekerjaan yang sepele dan tak memiliki masa depan. Juga disaat
Alang merelakan tuk menemani April dan menelantarkan cita-citanya, saat dimana
Mia datang dengan marah melihat ketepurukan Alang. (bagian ini geram bener sama
April yang plin-plan, malah lebih suka arif yang selalu melihat realita yang
ada, tidak mendrama..hehehe)
Kedua, Romantis. Aahhh…aku suka romantis di dalam novel
ini, tidak lebay dalam mengungkapkan rasa sayang, tapi malah membuat
senyum-senyum sendiri -saya sebagai pembacanya- (atau karena saya memang tipe
yg suka romantis secara sederhana namun bermakna *curcol). Romantisnya terdapat
pada lirikan mata, kata-kata singkat yang tak terduga, dan pembuktian oleh
sikap. Dari banyaknya kata romantis yg
sederhana, saya paling suka pada bagian:
“Bila
April diberi kemampuan untuk menulis cerita, berbicara dengan kata-kata, maka
melalui petikan gitar, aku diberi kemampuan untuk berbicara dengan nada-nada”
Alang Balas menatap April lekat-lekat. “Kami pasangan serasi kan sis?”
Siska
langsung salah tingkah. “Eh…tapi…tapi kalian..kalian kan..”
“Tidak
boleh pacaran?” sahut Alang. “tapi, kalau aku jatuh cinta pada April
boleh-boleh saja, kan?”
-hal.121-
Wuaaaaa…..aku suka bagian ini, favorit!
Sebenarnya banyak banget favorite quote
keromantisan di dalam novel ini, tapi gak boleh dibocorkan semua ya biar pada
penasaran para pencita romantis yg sederhana.
Ketiga, Kagum.
Ada beberapa bagian dalam novel ini yang aku tak menduga akan diselipkan, memang
tidak secara detail tapi sangat menjadi pelajaran bagi yang membacanya, seperti
dongeng Simbah Bisma yang mengajarkan kita agar terus bisa melestarikan dongeng
wayang yang kian terkikis oleh teknologi maju. Kemudian pada hal 139-143,
benar-benar menunjukkan pada kita bagaimana kekhusyukan kita ketika beribadah. Serta
ketika Alang dan April melakukan shalat zhuhur, ini benar-benar bisa menjadi contoh
kita di zaman sekarang yang tidak boleh melupakan kewajiban ditengah aktivitas
yang padat.
Akhir kata,
saya ingin sampaikan juga ada sedikit kekurangan yang saya dapati dalam novel
ini yaitu kurangnya lembar pada bagian akhir, bagian Alang pulang kerumah
menjumpai Bapak dan Ibu, saya mengharapkan disaat membaca mendapatkan rasa yang
benar-benar seperti pulang dan lega, namun karena lembarnya terlalu singkat dan
penjelasannya juga cepat serta padat jadi agak sedikit tidak dapat klimaknya
dibagian perjumpaan itu. Namun itu tak mengurangi keseruan melakoni peran di
dalamnya kok.
Secara
keseluruhan novel ini bagus, sangat bagus malahan ceritanya, memotivasi bagi
yang masih ingin mengapai cita-cita dan menjadi pelajaran bagi yang sudah
mendapatkan cita-citanya sehingga bisa menjadi bahan ajar bagi anak cucu kelak
*apeusih