Rabu, 21 September 2016

(Review) Alang


Penulis : Desi Puspitasari
Penerbit : Mahaka
ISBN : 9786029474091
Terbit : 21 Juli 2016
Ketebalan : 236 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
Sampul : Soft cover

Alang, sejak usia SMP sudah menyukai bidang seni khususnya musik. Alang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang sangat bertolak belakang dengan cita-citanya, Bapak Alang sangat menentang cita-cita menjadi seniman karena menurut pandangan Bapak  seniman hanya akan membuat hidup sengsara dan tida akan menjamin masa depan yang cemerlang. Pendapat bapak ini bukannya tak beralasan, dengan pengalaman bapak pada terror pada tahun “66 membuat Bapak berfikir tidak ada yang dapat diandalkan dari seorang seniman.

Namun  Alang –seorang remaja yang suka mendengarkan dongeng Simbah Bisma- sudah membulatkan tekad untuk tetap meraih cita-citanya menjadi seorang seniman walaupun dihalangi oleh Bapak karena Alang tahu ada Ibu yang selalu mendukung dalam diam dan do’a. serta ada Arif, sahabat setianya -yang suka ngomong seenaknya dan pemalas tingkat dewa- selalu ada membantu Alang untuk menutupi latihan-latihan dari Bapak selama ini.

Kesungguhan alang akan musik sudah tampak dari SMP, saat pelajaran kesenian bersama Pak Gun, Alang sampai kerja paruh waktu hanya untuk mendapatkan uang agar bisa membeli  recorder -alat music- untuk praktek pelajaran kesenian. Melihat kesungguhannya, guru kesenian itu dengan sukarela mengajarkan alat musik lain, seperti gitar yang akhirnya membawa kesuksesan Alang sampai mendapatkan beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi yang akhirnya juga membuat hubungan Alang dengan orangtuanya retak.

Keyakinan Alang akan cita-citanya dikuatkan lagi oleh janji yang dibuatnya bersama seorang gadis aneh di sekolahnya,  gadis jutek dan pendiam serta dijauhi oleh teman-teman sekelasnya, namun akan berubah menjadi cewek yg lembut dalam menuangkan perasaannya lewat puisi-puisi. Sejak pertemuan mereka di kelas sepulang sekolah, Alang semakin memperhatikan cewek aneh yang menimbulkan rasa aneh juga dihatinya. April, cinta pertama Alang.

Ditengah perjuangannya di kampus ternyata keyakinan Alang menurun dan mencapai pada titik rendah dimana Dia tidak ingin lagi berjuang sampai akhirnya seorang gadis yang telah jatuh cinta padanya sejak SMA menjadi penerang awal karirnya. Mia, gadis yang sama-sama menekuni bidang musik. Mia yang terus-terusan memberi semangat pada Alang ketika terpuruk semakin dalam. Alang menjadi ragu akan April cinta pertamanya atau Mia sang penyemangatnya.

Bagaimana cita-cita Alang selanjutnya? Bagaimana perjalanan karir Alang? Bagainmana hubungan Alang dengan orangtuanya? Bagaimana cinta alang antara April dan Mia?

***************


Jujur, awal membaca review-review di medsos tentang novel ini saya sudah menyimpulkan novel ini menceritakan tentang cinta segitiga antara persahabatan yang diselingi oleh bidang seni yang mereka geluti.

Namun ternyata SALAH! SALAH BESAR! Novel ini bukan hanya menceritakan romansa remaja tapi lebih kepada seseorang yang beranjak dewasa dengan keputusan-keputusna yang diambilnya agar sampai ke puncak yang iimpikan.

Setelah membacanya, saya memiliki 3 perasaan:
Pertama: Salut,  Emosional dan Haru saat merasakan keteguhan Alang akan cita-cita dan perjuangannya dalam meraih cita-cita, walaupun Bapak menentang namun Alang tetap berani mengambil resiko dengan kabur dari rumahnya dan berjuaang menjadi orang sukses untuk membuktikan kepada Bapak bahwa seniman bukanlah pekerjaan yang sepele dan tak memiliki masa depan. Juga disaat Alang merelakan tuk menemani April dan menelantarkan cita-citanya, saat dimana Mia datang dengan marah melihat ketepurukan Alang. (bagian ini geram bener sama April yang plin-plan, malah lebih suka arif yang selalu melihat realita yang ada, tidak mendrama..hehehe)

Kedua,  Romantis. Aahhh…aku suka romantis di dalam novel ini, tidak lebay dalam mengungkapkan rasa sayang, tapi malah membuat senyum-senyum sendiri -saya sebagai pembacanya- (atau karena saya memang tipe yg suka romantis secara sederhana namun bermakna *curcol). Romantisnya terdapat pada lirikan mata, kata-kata singkat yang tak terduga, dan pembuktian oleh sikap.  Dari banyaknya kata romantis yg sederhana, saya paling suka pada bagian:

“Bila April diberi kemampuan untuk menulis cerita, berbicara dengan kata-kata, maka melalui petikan gitar, aku diberi kemampuan untuk berbicara dengan nada-nada” Alang Balas menatap April lekat-lekat. “Kami pasangan serasi kan sis?”
Siska langsung salah tingkah. “Eh…tapi…tapi kalian..kalian kan..”
“Tidak boleh pacaran?” sahut Alang. “tapi, kalau aku jatuh cinta pada April boleh-boleh saja, kan?”
-hal.121-

Wuaaaaa…..aku suka bagian ini, favorit!

Sebenarnya banyak banget favorite quote keromantisan di dalam novel ini, tapi gak boleh dibocorkan semua ya biar pada penasaran para pencita romantis yg sederhana.

Ketiga, Kagum. Ada beberapa bagian dalam novel ini yang aku tak menduga akan diselipkan, memang tidak secara detail tapi sangat menjadi pelajaran bagi yang membacanya, seperti dongeng Simbah Bisma yang mengajarkan kita agar terus bisa melestarikan dongeng wayang yang kian terkikis oleh teknologi maju. Kemudian pada hal 139-143, benar-benar menunjukkan pada kita bagaimana kekhusyukan kita ketika beribadah. Serta ketika Alang dan April melakukan shalat zhuhur, ini benar-benar bisa menjadi contoh kita di zaman sekarang yang tidak boleh melupakan kewajiban ditengah aktivitas yang padat.

Akhir kata, saya ingin sampaikan juga ada sedikit kekurangan yang saya dapati dalam novel ini yaitu kurangnya lembar pada bagian akhir, bagian Alang pulang kerumah menjumpai Bapak dan Ibu, saya mengharapkan disaat membaca mendapatkan rasa yang benar-benar seperti pulang dan lega, namun karena lembarnya terlalu singkat dan penjelasannya juga cepat serta padat jadi agak sedikit tidak dapat klimaknya dibagian perjumpaan itu. Namun itu tak mengurangi keseruan melakoni peran di dalamnya kok.

Secara keseluruhan novel ini bagus, sangat bagus malahan ceritanya, memotivasi bagi yang masih ingin mengapai cita-cita dan menjadi pelajaran bagi yang sudah mendapatkan cita-citanya sehingga bisa menjadi bahan ajar bagi anak cucu kelak *apeusih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar